Bagaimana Implikasi
Pendidikan dalam Tahap Perkembangan
Masa kanak-kanak (masa prasekolah) usia 2-6 tahun
Pada periode
ini suasana pendidikan yang baik dan tepat adalah dalam suasana kekeluargaan
dan dengan prinsip asih(mengasihi), asah(memahirkan), dan asuh(membimbing).
Anak dapat bertumbuh dengan baik jika mendapatkan perlakuan kasih sayang,
pengasuhan yang penuh pengertian dan dalam situasi damai dan harmoni. Kegiatan
pembelajaran itu bagaikan kegiatan-kegiatan yang disengaja, namun sekaligus
alamiah seperti bermain “ditaman” bermain sambil belajar yang memungkinkan anak
belajar dalam dunia permainan yang dapat memperluas pengetahuan dan sosial
antar sesama.
Pembelajaran pada anak usia dini dapat dilaksanakan dengan
menggunakan beberapa metode yaitu
- Bercerita: bercerita sebaiknya diberikan semenarik mungkin dan membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah cerita selesai.
- Bernyanyi: bernyanyi adalah kegiatan dalam melagukan pesan-pesan yang mengandung unsur pendidikan. Bernyanyi dapat menumbuhkan rasa estetik.
- Berdarmawisata: kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang sesuai dengan bahan kegiatan yang dibahas di lingkungan kehidupan anak.untuk melihat, mendengar, merasakan, mengalami langsung berbagai keadaan atau peristiwa di lingkungannya. Bisa berdarmawisata ke pasar, sawah, pantai, kebun, dan lainnya.
- Bermain peran: merupakan kegiatan menirukan perbuatan orang lain disekitarnya. Hal ini dapat mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan penghayatan anak.
- Peragaan/Demontrasi: kegiatan dimana tenaga pendidik/tutor memberikan contoh terlebih dulu, kemudian ditirukan anak-anak. Hal ini dapat melatih keterampilan dan cara-cara yang memerlukan contoh yang benar.
- Pemberian tugas: merupakan metode yang memberikan kesempatan pada anak untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk langsung yang telah dipersiapkan sehingga anak dapat mengalami secara nyata dan tuntas.
- Latihan: kegiatan melatih anak untuk menguasai khususnya kemampuan psikomotorik yang menuntuk kooardinasi antara otot-otot dengan mata dan otak. Latihan diberikan sesuai dengan langkah-langkah secara berurutan.
Masa kanak-kanak Akhir ( usia 6-12 tahun)
Pada
periode ini, tahap kognitif anak usia SD sudah berada pada tahap
operasional-konkret.
Mereka
mampu berpikir logis tentang suatu objek dan kejadian, mampu mengklarifikasi
objek, dan menguasai konversi jumlah dan berat.
Beberapa
cara pembelajaran yang diharapkan untuk para pendidik dalam pengajaran anak
usia SD:
· Cara pembelajaran yang lebih terbuka, lansung
memberikan kesempatan anak berperan dalam mengoptimalkan perkembangan fisik,
kognitif dan moral mereka.
· Program pembelajaran yang fleksibel dan tidak
kaku serta membedakan perbedaan individu, tidak monoton.
· Menerapkan banyak alat peraga ataupun objek
dalam pembelajaran.
· Memuji anak ketika mereka berhasil mengerjakan
sesuatu dengan baik dan menyemangati mereka bila belum melakukan sesuatu secara
optimal.
· Menyampaikan segala sesuatu yang baik dalam
pembelajaran karena pada periode ini, anak usia SD akan patuh pada orang yang
dihormati.
· Mendorong anak untuk berpartisipasi
aktif dalam pengambilan keputusan dan dalam berbagai kegiatan sekolah.
· Memberi kebebasan kepada anak untuk
mengeksplorasi lingkungan,mendorong rasa ingintahu mereka.
· Penerimaan positif tanpa syarat
kelebihan dan kekurangan anak,tidak membeda-bedakan anak yang satu dengan yang
lain.
3.
Masa
Remaja (adolescense) 11/12 tahun – 18/24 tahun
Pada
tahap ini, peserta didik sudah mampu berpikir
abstrak dan logis, dengan menggunakan simbol-simbol tertentu atau
mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal yang tidak terikat lagi oleh
objek-objek yang bersifat konkrit, seperti peningkatan kemampuan analisis,
kemampuan mengembangkan suatu kemungkinan berdasarkan dua atau lebih
kemungkinan yang ada, kemampuan menarik generalisasi dan inferensasi dari
berbagai kategori objek yang beragam. Selain itu, ada peningkatan fungsi
intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa dan perkembangan konseptual.
Cara
berfikir kausatif. Hal ini
menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Peserta didik sudah mulai berfikir
kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih
menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang
melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang
logis.
Masa
remaja awal ini merupakan puncak emosionalitas bagi peserta didik, yaitu perkembangan emosi yang tinggi.
Pertumbuhan fisik, terutama ogran seksual mempengaruhi perkembangan emosi dan
dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta. Pada usia remaja
awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang
sangat kuat terhadap berbagai peristiwa, emosinya bersifat negatif dan
tempramental.
Pada
tahap ini masa SMP dan SMA juga termasuk dalam periode adolscense ini
Pada
Periode ini, Implikasi Pendidikan yang
baik dan Tepat bagi Peserta Didik
(SMP) yaitu, antara lain:
- 1. Bahwa belajar akan bermakna kalau input (materi pelajaran) sesuai dengan minat dan bakat peserta didik . Pembelajaran akan berhasil kalau penyusun silabus dan guru mampu menyesuaikan tingkat kesulitan dan variasi input dengan harapan serta karakteristik peserta didik sehingga motivasi belajar mereka berada pada tingkat maksimal.
- 2. Guru mampu meramu pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik yang dipadukan dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran, sehingga akan dapat membantu peserta didik untuk melalukan eksplorasi dan elaborasi dalam rangka membangun konsep.
- 3. Guru harus memberi materi pelajaran yang merangsang dan menantang, kadang para peserta didik merasa bosan dan tidak tertarik dengan materi yang sedang diajarkan. Untuk menghindari gejala yang seperti ini guru harus memilih dan mengorganisir materi sedemikikan rupa sehingga merangsang dan menantang siswa untuk mempelajarinya.
- 4. Berikan penguatan kepada peserta didik, penguatan atau reinforcement mempunyai efek yang besar jika sering diberikan kepada peserta didik. Setiap keberhasilan siswa sekecil apapun, hendaknya ditanggapi dengan memberikan penghargaan.
- 5. Guru mendorong peserta didik untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dan mendorong peserta didik untuk bertanya sesama teman.
- 6. Perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir peserta didik (remaja).
- 7. Orang tua harus mampu menangani masalah si anak (Peserta didik) dengan melakukan pendekatan yang baik, bukan dengan memarahi atau yang dapat membuat si anak tidak mau menceritakan masalah nya kepada orang tua sendiri, sehingga pada akhirnya si anak akan mengambil keputusan sendiri, dan salah mengambil keputusan.
- Guru memberikan tugas-tugas kepada peserta didik yang terarah pada pelatihan kemampuan mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan
Implikasi Pendidikan untuk anak usia SMA
Beberapa ciri yang kita harus tahu terlebih dahulu yang
terjadi di usia ini ialah :
- - Aktifnya hormone seksual
- - Emosi yang tidak stabil,berubah-ubah dan cenderung meledak- ledak.
- - Mulai tertarik atau berteman dengan lawan jenis
Adapun dilihat dari perkembangan kognitifnya ialah
operasional.
-
- Mampu berfikir logil mengenai suatu yang abstrak
- - Menaruh perhatian tentang masa depan,konsep,hipotesis
- - Pola pikir cenderung egoisentris
- - Perkembangan identitas diri (biasanya ia mencara idolanya atau tokoh yang ia senangi)
Pada da periode ini motivasi merupakan tenaga dorong untuk :
- Mencari dan menemukan nformasi mengenai hal hal yang dipelajari
- · Mengubah informasi yang di dapat menjadi suatu hasil
- · Menerapkan hasil ini dalam kehidupan
Agar motivasi ini dapat terpelihara pendidik perlu
menciptakan suasana belajar yang positif dan menyajikan langkah langkah yang mendorong peserta didik untuk ingin
belajar dan ingin menerapkan hal hal yang dipelajari , seperti:
Menciptakan
Suasana Belajar Yang Positif
·
Pengajar menciptakan suasana pemecahan
masalah orang dewasa di dalam kelas
·
Pengajar bersifat empatik , dengan
menunjukan bahwa pengajar memahami situasi , perasaan dan kebutuhan peserta
didik
·
Pengajar berperilaku sebagai dirinya
sendiri , tidak perlu berpura pura atau berlagak profesional. Membuka diri dan
membagi pengalaman sebagai ilustrasi atau contoh ide ide dapat besar
manfaatnya, dan dapat membantu empati
·
Pengajar memusatkan masalah pada
kebutuhan dan masalah masalah peserta didik , bukan pada hal hal yang
ditentukan sebelumnya.
·
Kegiatan kegiatan harus dirancang
sedemikian rupa sehingga memperjelas tujuan belajar masing masing peserta dan
membantu mereka untuk merenanakan penerapannya
·
Tidak selalu memakai metode punishment karena
dimasa ini mereka sudah mengenal mana yang baik dan mana yang tidak baik. Lebih
membuat briefing atau arahan motivasi kepada mereka agar bisa mencapai apa yang
mereka inginkan di masa depan. Terutama pada orang yang disekitar mereka.
·
Biarkan mereka mengeluarkan bakat seni atau
potensi-potensi dalam diri mereka. Masa SMA ini biasanya aktif dengan
ekstrakulikuler. Peran yang harus diambil ialah mendukung mereka dan memberikan
masukan yang positif serta arahan. Dan berikan pengertian apa yang terjadi jika
mereka terlalu fokus dengan kegiatan tersebut pada konsentrasi belajar mereka.
kelompok 4 :
Risti Devi Mawarny 16-044
Nada Salsabila 16-043
Sri Ulfa 16-040
Tya Pasaribu 16-073
Muftyanti Ariswandini 16-065
Rhesya Nurfianti 16-029
Angel Muliana 16-074
0 komentar:
Posting Komentar